0

Seorang Emak Harus Memilih Dan Seringkali Pilihannya Ga Enak Semua, Tapi Tetap Harus Memilih

image

Hari ini rasanya bingung sendiri. Jadi ceritanya, saya mendapat undangan event suatu brand di Mall dekat rumah. Sayanya sih seneng, karena sudah lama juga ga hadir bersosialisasi eksis di acara seperti ini, sekaligus nambah networking. Apalagi ternyata boleh bawa Anya.
Rencananya, Anya ntar mau dititipin ke playground ditemenin orang rumah, dan aku ikutan acaranya. Karena kalau Anya dibawa ke acara, pasti aku susah untuk live tweet (yang mana standar kalau ikutan acara brand).

Tapi mendadak semalam inget, kalau jam-nya event tersebut berbarengan dengan jam Anya tidur. Haduh langsung galau. Kalau skip jam tidur, pasti Anya rewel dan tantrum. Di jalan udah tantrum (dan aku nyetir sendiri, udah stress duluan) tambah di Mall aku ga bisa tenang ikutan event-nya. Berarti Anya musti bobok jam 10 pagi.
Masalahnya, Anya mau ga bobok jam segitu. Karena jam 10an itu jam-jamnya Anya aktif main.

Duh, saya bingung bin galau. Pilihannya hadir eksis tapi risikonya Anya tantrum dan saya juga ga bisa tenang ikutan event-nya. Atau saya batalin ikut acara tersebut.

Sebenarnya dalam hati kecil saya udah tahu condong memilih alternatif yang mana. Tapi ada semacam kesedihan (halah) bahwa ternyata masih lama bagi saya untuk bisa hadir dan eksis di acara semacam itu. Ada semacam keinginan untuk dimengerti orang lain, ketika saya seperti menghilang dari peredaran, ga eksis di kalangan teman, mengapa susah banget janjian ketemu teman. Situasinya udah ga seperti dulu lagi yang masih bisa berangkat sejam setelah mendapat pemberitahuan. Udah ga bisa impulsif, lha wong yang terencana saja masih bisa berubah menyesuaikan dengan jadwal si bayi. Banyak pertimbangan, terutama pertimbangan faktor bayi.

Saya juga sadar sih, ga ada kewajiban saya menjelaskan situasi saya ke orang-orang. Meski begitu pengen tetep curhat dan cerita, syukur kalau ada yang bisa memahami. Cerita dan curhat ke teman pun tidak selamanya memuaskan, karena paling males kalau dapat respon: “Anakku bisa adaptasi jadwal emaknya. Aku masih bisa ikutan acara-acara. Anakku anteng tuh kalau aku tinggal beberapa jam.”

Di kupingku, omongan tersebut ada maksud tersirat: “Anakku lebih baik daripada anakmu. You’re doing it wrong, I’m doing it right.”

Eh tapi respon kayak gitu itu luas lho, ga sebatas curhatan soal anak. Banyak topik curhatan bisa menemui respon serupa, mo curhat soal mobilnya kek, bosnya kek, pacarnya kek etc.

Demikian curhatan pagi-pagi emak galau yang rindu untuk eksis dan bersosialisasi.

image