Bagian ini sambungan dari bagian pertama. Sengaja disambung karena pas nulis udah ngantuk banget dan ternyata tulisannya jadi panjang πππ
Jadi mari kembali ke ruang observasi. Sambil menunggu kabar dari dokter Ira, aku dan suami masih bisa becanda ketawa-ketiwi. Trus suami dipanggil suster dan ngobrol serius. Kemudian suami balik ke ruang observasi dan menyampaikan apa kata suster, bahwa ternyata dokter Ira menyarankan untuk cesar. Alasannya karena bayi sepertinya kurang oksigen, hal ini tampak dari detak jantung yang kurang dari diharapkan meskipun sudah dipacu makan, oksigen dan sebagainya. Dokter Ira khawatir dengan kondisi bayi jika harus menunggu bukaan, karena sampai jam 8 aku masih bukaan 3, bisa jadi masih lama, mungkin bisa seharian. Aku rasanya langsung makpleeesss lemes. Cesar? Yang kepikir pertama adalah soal biaya, hahaha. Tapi ya udah lah. Keselamatan bayi je, gimana lagi. Rasanya terlalu gimana gitu kalau aku bersikeras normal. Akhirnya aku setuju untuk cesar. Suster langsung menyiapkan ruang operasi. Aku langsung ganti memakai kostum jubah operasi. Sambil didorong menuju ruang operasi, aku masih bisa foto-foto cengar-cengir. Nah sampai sini drama dimulai.
Drama tersebut bermula dari keinginan suami yang ingin mendampingi aku cesar. Ternyata hal tersebut tidak diperbolehkan oleh Hermina Arcamanik dengan alasan gak jelas, pokoknya aturannya gitu, titik. Suami naik pitam ditambah dia dapat informasi kalau di Limijati dan Carolus Jakarta, suami bisa mendampingi istrinya di-cesar. Selain itu kami sering nonton tayangan One Born Every Minute, ga masalah suami mendampingi istri di-cesar. Cesar adalah operasi “ringan”, pasien dibius setengah. Suami waktu itu ngotot kalau dia tidak takut darah dan soal steril dia bersedia menjalani prosedur steril. Hingga para suster kewalahan menghadapi suami lalu dokter Ira sendiri yang menghadapi suami dan minta maaf bahwa prosedur Hermina begitu jadi tidak bisa dilanggar. Suami akhirnya ngalah dan nyerah nunggu di luar. Aku di ruang operasi sebenarnya agak gentar, baru kali ini menghadapi operasi dalam keadaan sadar dan harus sendirian. Aku takut jarum je, lha ini dioperasi, waduhhhh. Tapi ya udah lah, pasrah. Trus keinget artikel yang pernah aku baca, soal gentle birth tapi untuk metode cesar. Aku fokus gimana membuat aku enjoy di situasi tersebut. Sementara dokter dan suster menyiapkan peralatan, sambil berbaring aku bertanya, “Dok, boleh gak saya dengerin lagu dari hape saya?” Niatnya selama di-cesar, aku sambil dengerin lagu aja. Ternyata mereka menyambut positif permintaanku dan mereka bilang akan memutarkan lagu dari sistem audio yang ada di OR. Malah aku boleh milih mo diputerin lagu apa. Lha kok yang ditawarkan lagunya Chicago dan Peter Cetera, wah sooo 90ies. Enak banget kan lagu-lagu mereka? Cocok banget dah, akur, bisa enjoy.
Oya, suami meminta proses persalinan divideo dengan hape suami dan minta salah satu suster yang memvideo. Permintaan tersebut disanggupi. Selain itu kami menekankan untuk IMD dan waktunya tidak dibatasi (denger-denger Hermina sering membatasi waktu IMD jadi cuma sebentar).
Setelah disuntik bius di pinggang (di tulang belakang), daerah dada ke bawah mulai mati rasa. Aku menengok jam dinding, menunjukkan pukul 9. Aku mulai teler tapi masih sadar. Rasanya seperti tipsy, ngantuk-ngantuk gimana tapi masih sadar. Aku inget pas kain mulai menutupi pandanganku dan operasi berjalan, aku ikut bersenandung 2 lagunya Chicago yang Glory of Love dan Peter Cetera duet sama siapa tuh, I Wanna Take Forever Tonight. Trus tau-tau terdengar cengeran suara bayi. Nah sebenarnya memoriku di situ kabur, setengah sadar. Keinget sedikit gara-gara nonton video, aku tanya ke dokter, “Lho udah keluar? Kalung usus gak dok?” Sebenarnya aku ngomongnya udah seperti orang mabuk πππ Beberapa saat masih dengar Anya oak-oek sedang dihandle dokter sementara aku masih terbaring di meja operasi dan aku mengeluh, kok di perut rasanya panas seperti terbakar. Abis berkata itu aku langsung pingsan.
Ternyata waktu itu dosis biusku ditambah jadi bius total, karena aku sekalian dioperasi diambil kista yang menempel di rahim. Pantesan aku bangun-bangun teler berat dan udah jam 12.40 di ruang observasi. Jadi proses cesar tuh cepet banget, masuk OR jam 9 sambil menunggu persiapan, jam 9.35 Anya udah keluar dari perut. Operasi kistanya 2 jam sendiri. Sementara emaknya diodol-odol perutnya, Anya ditemani ayahnya yang cuma bisa melihat dari luar kotak bening. Sesekali Anya menangis trus diam.
Yang lucu, suamiku dipanggil masuk malah pas aku diambil kistanya, dikasih liat kistaku kayak apa, suamiku diliatin rahimku diodol-odol dibolak-balik. Rada gory/disturbing ga sih, apalagi kalau gugling images operasi. Suami sih santai, jadi dia bener-bener udah liat aku luar dalam, sedalam-dalamnya anatomiku ππππ Lha kalau gitu kok gak pas Anya lahir dipanggil, wah jan sakjane lucu kalau dipikir-pikir.
Jam 12an itu Galuh dan Dewi sempet masuk ke ruang observasi untuk menjenguk. Aku masih teramat sangat teler. Ngomongku kayak orang mabuk berat. Aku lupa, mereka masuk pas IMD atau sesudah IMD. Iya, Anya sempet IMD dengan kondisi emaknya kayak gini, hahahaha duh maafkan emakmu ya nduk. Jadi momen IMD ga ada syahdu-syahdunya blas, aku teler pengaruh obat bius dan malah IMD sambil muntah-muntah. Lha biasanya orang operasi tu disuruh puasa 12 jam, ini operasi jam 9 dan jam 7nya masih disuruh sarapan. Keluar semua tu nasi goreng huahahahaha.
Aku lupa Anya IMD berapa lama. Kepalanya mungil sekali dibandingkan payudaraku. Aku berkali-kali bilang maafkan ibu trus hoeeekk muntah πππππ Kata suami, Anya akhirnya tertidur di payudaraku dan baru kemudian diambil suster.
Akhirnya setelah telerku hilang, aku didorong ke kamar. Aku stay di RS sekitar 4 hari 3 malam. Malam pertama udah pipis tapi lewat katete, masih harus bedrest seharian. Rasanya pipis lewat kateter itu enggak banget deh, astagfirullah, ngilu kalo keinget. Besoknya kateter udah bisa dilepas, duh rasanya aduhai huhuhuhuuuuu. Hari ke2 udah bisa turun dari bed, bisa jalan tapi tertatih banget. Anya sendiri udah room in sama aku sejak malam pertama. Soal belajar menyusui akan aku tulis tersendiri karena drama menyusui itu aduhai banget, menguras air mata deh.
Sampai keluar dari RS, jalanku masih tertatih banget. Sempet mengalami nyeri tak tertahankan gara-gara salah pakai korset. Pasca cesar gapapa pakai korset tapi harus korset panjang hingga paha, jangan diatas jahitan. Nah korsetku tuh korset pendek diatas jahitan. Padahal cuma dipakai kurang dari 3 jam, tapi aduhai efeknya sampai berhari-hari. Nyerinya seperti disayat-sayat silat dari dalam dan perlahan.
BERSAMBUNG