0

Soal Sabar Yang Bikin Ga Sabar

Setelah jadi ibu, sesantai-santainya ibu, tapi kalo menyangkut soal makan anaknya yang susah makan, hadeuuhh perlu tambahan ekstra sabar. Walau udah menyantaikan diri, bahkan udah di tahap tidak usah merepotkan diri sendiri biar enjoy, ga memungkiri tetap ada rasa galau bersembunyi di hati. Halah.

Anya kemaren pas mudik Jogja sempet bikin emaknya girang bukan kepalang. Karena selama di Jogja, Anya menunjukkan selera makan yang meningkat. Mau maem nasi ayam, mau wortel rebus, mau macam-macam lah. Meski porsinya masih seuprit tapi dibandingkan sebelumnya, udah kemajuan pesat.

Sekarang setelah pulang Bandung, perlahan nafsu makan kembali ke asal. Semangat emaknya yang sempat bergelora untuk kembali masak macam-macam buat Anya kembali goyah. Gimana gak goyah kalau cuma dilepeh. Pemaksaan hanya berujung si bocah nangis. Dan capek hati pada si emak lebih berbahaya daripada capek fisik. Akhirnya ndiemin Anya, berusaha sabar. Anya sendiri kalau dicuekin ibunya, semakin nangis jerit-jerit, antara marah dan galau.

Duh Nak, maafkan ibu yang masih cethek sabarnya ya.

1

Serba-serbi MPASI: MPASI Instan Apakah Selalu Buruk?

Masa MPASI selalu jadi tantangan tersendiri bagi ibu-ibu. Bagi ibu-ibu dengan nafsu kompetisi tinggi menganggap milestone ini jadi salah satu arena perlombaan yang harus dimenangkan (padahal kalau lomba lawannya siapa sih? ibu-ibu lain? sesama ibu-ibu kok malah saling melawan ๐Ÿ˜๐Ÿ˜). Karena itu ga heran “pertempuran” antar ibu tak berhenti sampai soal ASI vs sufor tapi juga sampai metode pemberian MPASI.

Ada banyak cabang dan aliran MPASI. Aku sendiri penganut aliran fleksibel. Aku gak anti dengan MPASI instan seperti bubur bayi instan hingga biskuit bayi. Bukan berarti aku malas memasak dan mau gampangnya aja, juga ga berarti aku buta tentang nutrisi untuk bayi. Bagus sekali kalau ada ibu-ibu yang bisa memberikan MPASI homemade-homecooking dan semua bahannya organik untuk bayinya. Tetapi tidak semua bayi sama, masing-masing ibu mempunyai situasi yang berbeda-beda, tidak sama untuk setiap ibu. Jadi buatku sendiri tidak masalah jika seorang ibu memberikan MPASI instan untuk bayinya. Tidak usah men-judge pilihan orang lain, toh kita juga belum tentu paham apa yang orang lain hadapi. Ga usah juga saling membandingkan, selain malah jadi racun alih-alih motivasi (motivasi yang sehat itu sifatnya intrinsik alias betul-betul tumbuh dari dalam diri dan kesadaran diri, bukan ekstrinsik atau dipicu oleh situasi di luar dirinya) kasihan juga si baby. Masak baby-nya mau dibuat jadi semacam pembuktian kepada dunia (alias jadi obyek).

Okeee cukup curhat, kok malah jadi curcol kepanjangan ๐Ÿ˜๐Ÿ˜. ย Niat mau review malah curcol. Jadi, sekitar awal April aku mendapat paket berupa produk makanan pendamping ASI dari Kalbe Farma, tepatnya divisi Kalbe Nutritional yaitu Milna. Iya, Milna ternyata produk Kalbe Farma yang selama ini lekat dengan produk obat-obatan. Paket MPASI yang kuterima berisi bubur bayi usia 6 bulan keatas rasa sop ayam bayam dan biskuit bayi usia 6 bulan ke atas rasa jeruk, original, dan beras merah. Kebetulan sekali nih, aku memang sedang struggle dengan pola makan Anya yang GTM dan picky eater. Sampai pusiiinggg masakin buat Anya. Soal bayi ga mau makan ini akan ditulis terpisah yak. Kali ini mo review soal produk Milna dan alasan mengapa aku tidak alergi MPASI Instan.

Sejak Anya dikenalkan MPASI, aku selalu memasak sendiri makanan Anya. Hingga di usia 8,5 bulan tiba-tiba Anya GTM, aku jadi pusing dan galau setiap masakin buat Anya, karena semua yang aku masak dilepeh dan ga mau. Ketika mendapat paket produk Milna, yah, boleh deh dicoba. Siapa tahu Anya mau biskuitnya.ย Dari coba-coba tersebut ternyata Anya lumayan mau/doyan terutama biskuitnya. Rasa yang paling disuka adalah biskuit bayi rasa beras merah. ย Yang rasa jeruk dan original Anya tidak begitu suka. Paling ย suka dimakan langsung, kalau dibuat seperti bubur, Anya ga mau sama sekali. Untuk ย bubur bayinya, Anya kurang suka. Dibuatin selalu dilepeh. Hingga suatu hari aku punya ide bikin bubur havermut/oatmeal dicampur bubur bayi Milna. Caranya gampang aja sih, havermut/oatmeal campur dengan bubur bayi Milna rasa apa saja dan susu (untuk Anya yang usia 10-11 bulan aku beri susu UHT dicampur di masakan nya, ย hamdalah gapapa/tidak diare). Lalu masak dengan api kecil hingga mengental. Banyak sedikitnya susu tergantung tekstur bubur yang kita inginkan, kalau mau sangat padat, susunya dikit aja. Nah setelah dibuat bubur begini, Anya lumayan mau tuh.

Setelah mencoba produk Milna tersebut, aku jadi tertarik untuk mencoba produk Milna yang lain. Ternyata untuk bubur ada banyak jenisnya. Lihat di situs Kalbe e-store, ada bubur bayi organik, bubur bayi khusus penambah berat badan, bubur bayi goodmil yang diformulasikan bagi mereka yang alergi protein susu sapi dan bubur bayi reguler yang disesuaikan dengan usianya. Gara-gara ini jadi punya ide bikin puding untuk Anya memakai produk Milna. Kebetulan di rumah masih ada biskuit bayi 6 bulan rasa original. Jadilah ke dapur ngublek bikin puding susu biskuit. Ternyata Anya suka, yaaay! Alhamdulilah banget, sarapan pakai puding susu biskuit bisa habis. Biasanya cuma satu dua suapan trus ogah. Selain itu juga sempet cobain biskuit untuk toddler dari Milna. Selama ini andalan Anya kalau sudah menolak segala jenis makanan adalah biskuit marie. Lumayan lah bisa masuk sekeping setengah keping daripada ga ada makanan yang masuk seharian. Pas tahu Milna ternyata juga memproduksi biskuit bayi untuk usia 1 tahun keatas, beralih cobain deh. Ada rasa keju dan coklat. Anya baru nyobain yang biskuit keju, dan dia lumayan suka, hamdalah. Alasannya mengapa memilih biskuit bayi, karena biskuit ini sudah diperkaya/difortifikasi vitamin dan mineral yang dibutuhkan bayi.

ย PhotoGrid_1432790080643
Terus terang selama ini ada rasa khawatir apakah kebutuhan vitamin mineral Anya terpenuhi, mengingat GTMnya. Memang nenennya masih kenceng, tapi katanya selepas 6 bulan kebutuhan nutrisi bayi tidak bisa dipenuhi 100% lagi dari ASI, harus ditambah makanan. Karena itulah pilihan jatuh ke biskuit Milna yang diperkaya zat besi (yang sangat penting untuk pertumbuhan bayi dan balita), kalsium, vitamin dan mineral termasuk DHA, Kolin (sejenis asam lemak yang susunan kimiannya mirip vitamin B dan sangat penting bagi perkembangan otak dan sistem syaraf), Inulin (sejenis karbohidrat yang bermanfaat sebagai probiotik atau dietary fiber untuk menjaga kesehatan organ pencernaan) dan Inositol (sejenis asam lemak yang susunan kimia mirip vitamin B8, bermanfaat untuk perkembangan saraf dan kesehatan organ pencernaan). Ingat, level GTMnya Anya bisa dibilang ketertarikan dia terhadap makanan cukup rendah, apapun rasanya.
Disinilah alasan mengapa aku fleksibel terhadap MPASI instan. Kelebihan MPASI instan adalah produknya sudah difortifikasi dengan berbagai vitamin dan mineral terutama zat besi. FYI, kebutuhan zat besi bayi memasuki masa MPASI meningkat 26x lipat dibanding sebelumnya. Sadar diri bahwa pola makan dan diet sehari-hari belum cukup seimbang, plus ada bakat anemia dan darah rendah, makanya tidak memaksakan diri kebutuhan zat besi Anya hanya dipenuhi dari ASI. Selain itu Anya tidak menunjukkan ketertarikan terhadap makanan, sehingga susah memaksakan makanan seperti daging merah dan sayuran (yang merupakan sumber alami zat besi dan vitamin mineral) ke Anya. Daripada trauma makan karena dipaksa, emaknya mengalah lebih ke menuruti maunya Anya bagaimana, yang dia sukai apa. Mengkonsumsi produk MPASI yang sudah difortifikasi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Ilustrasinya begini, bayi 6 bulan membutuhkan zat besi 8 mg sehari, yang sebenarnya bisa didapat dari daging merah sebanyak 150 gram. Untuk dewasa, porsi segitu mah kecil. Tetapi untuk bayi apalagi untuk Anya yang menghabiskan porsi satu sendok makan adalah prestasi, porsi 150 gr terlalu banyak. Belum lagi kebutuhan akan zat gizi lain seperti sayuran dan buah. Contoh lain lagi, 30 gr tepung beras biasa mengandung 0,1 mg zat besi. Sedangkan bubur bayi yang sudah difortifikasi mengandung 2,25 mg zat besi.
ย 
Alasan lain yaitu soal keamanan. Biasa, emak-emak selalu punya kekhawatiran tentang hal ini. Apalagi memperhartikan akhir-akhir ini ibu-ibu mudah sekali dijangkiti paranoid/kecemasan akan makanan yang dikonsumsi apakah mengandung zat-zat berbahaya (di level ekstrim, zat berbahaya bagi mereka adalah segala istilah kimiawi yang susah dilafalkan dan diingat, maka pasti berbahaya ๐Ÿ˜๐Ÿ˜). WHO dan UNICEF telah mengeluarkan panduan untuk industri makanan yang memproduksi makanan bayi, bahwa pembuatan makanan bayi tidak sama dengan makanan dewasa termasuk soal tambahan pengawet. Di Indonesia sendiri juga mengeluarkan peraturan serupa yang diatur dalam regulasi SNI 01-7111-1-2005 butir ke 5 yang tidak memperbolehkan adanya pengawet buatan dalam makanan bayi. Mengenai gula garam, DSA Anya dan kalau tidak salah WHO sendiri membolehkan tambahan gula garam dalam makanan bayi usia 9 bulan keatas. Jadi satu-satunya kekhawatiran yang tersisa adalah judgement dari pihak lain ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜…๐Ÿ˜…. Btw biskuit untuk balita Milna yang rasa keju, enaaaak deh, emaknya suka. Diem-diem suka nyemili punya Anya nih ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†
0

Galau Makan

Kayaknya belum lama aku menikmati masa-masa tenang, bahagia, hati ringan terkait MPASI Anya karena Anya maemnya gampang dan lahap, eh udah beberapa minggu ini aku betul-betul galau. 😥😥

Diawali dengan rumah beberapa kali kebanjiran, bahkan pernah tiap seminggu sekali pasti kerja bakti bersihin sisa banjir. Nah tiap kebanjiran gitu, Anya terpaksa makannya ga tertib karena area dapur dan ruang makan ga bisa dipakai. Jadi Anya makan cemilan aja untuk situasi banjir gitu. Nah setelah masa-masa banjir mereda, Anya mulai menunjukkan gejala malas makan. Apa yang aku masak, ditolak sama dia.

Kupikir karena udah ga mau bubur halus, so aku bikinin bubur yang lebih bertekstur. Lho kok tetep ga mau? Tapi cemilan tetap mau tuh. Mungkin maunya solid food kali ya, yang bisa dikunyah. Mulailah aku bikinin mulai dari mashed ubi sampai bistik ayam yang digoreng dengan minyak zaitun. Banana cake sampai puding roti. Homemade cooking sampai instan. Lha kok semua ditolak. Anya lebih doyan minum air putih dan nenen. Hadeuuhhh super duper galau!

Suplemen zat besi aku rajin kasih. Beli yang merk Sangobion drops yang manis, ga bau dan berasa besi banget so bayi ga ada resistensi untuk minum. Alhamdulillah Anya mau-mau aja dikasi sangobion. Tapi kok nafsu makan belum ada peningkatan? Katanya ditambah suplemen zat besi bisa meningkatkan nafsu makan.

Tambah galau kalau lihat postingan ibu-ibu lain yang anaknya doyan makan dan selalu abis. Curhat ke emak-emak yang anaknya juga susah makan, katanya tergantung prioritas. Kalau mereka karena tidak mengharuskan anak harus makan dan harus habis, jadi ya santai aja. Mereka kuatir kalau dipaksa malah jadi trauma kelak.

Okay lah, jadi aku tidak memaksa. Seperti pagi ini, Anya betul-betul tidak mau makan. Tapi kalau sendok isinya air putih, mau. Sempat aku kibulin, sendok minumnya diisi makanan, ditelan sih tapi langsung lepeh. :'(:'(😥😥

Ada kekuatiran, apakah caraku yang menuruti Anya ogah makan udah bener? Apakah ga memaksa Anya untuk makan udah bener? Atau aku belum cukup berusaha untuk anak, ga maksimal berusaha supaya anak mau makan? Hadeuuhhh 😥😥😥😥😥

0

first fight between mother and daughter

Katanya hubungan antara ibu dan anak perempuan itu unik. Tidak selalu manis, mungkin malah banyak berantemnya, tetapi diam-diam saling merindukan dan sayang. Aku sama ibuku pun demikian, dari kecil lebih banyak gak cocoknya. Udah tak terbilang berapa kali kami berselisih paham, saling jengkel, marah, dsb. Belum lama aja aku lebih bisa sabar dengan ibu dan jauh berkurang frekuensi jengkel.

Hari ini pecah perang pertama ibu dan anak wedok. 😅😅
Gara-garanya aku kesel Anya gak mau makan. Sampai tiga jenis makanan dijejerin di depannya, dari yang disuapin sampai dia bebas mau makan sendiri. Aku sendiri sedang kurang stok sabar, jadi jengkel lihat Anya gitu. Akhirnya hape yang untuk muter lagu-lagu kesukaan Anya selama makan, aku matiin. Aku dieeeem aja liatin Anya yang mengalihkan perhatian ke mainannya. Anya sempet merayu aku, mencoba melucu. Tetapi aku diem aja ngeliatin Anya sambil cemberut. Anya diem, ngeliatin aku balik dengan mata merajuk dan mulut melongo beberapa saat. Antara heran atau ngeh kalau ibunya ga suka dengan yang dia lakukan. Sebenarnya ekspresinya waktu itu lucu banget, super cute. Tapi akunya lagi kesel sih 😅😅

Hingga kemudian tangis Anya pecah. Aku masih diemin karena masih jengkel. Lama-lama tangisnya makin kenceng dan sesenggukan, dan akhirnya aku gendong tapi sambil diam aja. Ketika jeritannya makin menjadi, aku peluk makin erat. Antara kesel dan sayang jadi satu. Pas Anya nangis kenceng dan sesenggukan, walau masih jengkel tapi rasanya sayaaaang sekali. Entahlah, perasaan yang susah dilukiskan.

Aku dekap erat Anya sambil cium pipinya, rasa kesal masih ada. Pada saat bersamaan timbul perasaan bahwa kami dekat sekali ternyata, bisa merasa marah/kesel/jengkel dan sayang bersamaan.

Begini ini ya ternyata ibu dan anak perempuan.