0

29 September 2013

Hari-hari ini rasanya emosiku makin meningkat. Gampang banget kesel/marah. Kalau udah marah, ugh bisa diemin si Mas seharian. Tapi kapan itu ga sengaja nemu ‘obat’nya kalau pas lagi kumat gitu. Yaitu, tertawa. Iya, murah meriah dan cukup manjur membuat mood membaik.

Sebenarnya sempat denial dengan kondisi mood yang gampang ngamuk ini. Aku ini bukan tipe perempuan yang diperbudak hormon. Pas PMS aku merasa jaraaaang banget jadi gampang marah. Jadi lebih sensitif iya, yaitu biasanya jadi gampang sedih dan nangis. Seperti baca berita tentang orangutan aja bisa bikin nangis banget. Tapi kalau marah dan uring-uringan, enggak. Soal marah, aku gampang marah sih, tapi ga terkait hormon, hahaha 😛

Pas aku ngamuk dalam beberapa hari ini sebenarnya juga sambil introspeksi. Ini marahku kenapa? Kenapa rasanya susah sekali mengelak dari amarah  dan lebih calm down? Rasanya kesenggol dikit aja, langsung burst out tanpa ada jeda dulu. Why? Apakah karena kondisi hormonal? Kok aku bisa gini sih, jadi ‘budak’ hormon? Jangan-jangan aku semacam tersugesti dan pembenaran dengan kondisiku ini, biar aku bisa marah-marah?

Si Mas sih dengan becanda dan setengah serius bilang, kalau kondisiku ini beneran gejala hamil. Setelah jadi suami hingga 3 bulan, ia mencermati kebiasaan marahku. Aku emang pemarah, tapi dalam satu waktu paling 1-2 kali. Nah sekarang ini, hampir tiap hari.

“Dik, lebih tenang sedikit ya, jangan gampang marah. Kalau aku disebelin, nanti anak kita bakal mirip banget sama aku. Berarti ada dua anak nakal lho,” katanya becanda.

Hiiih, aku juga maunya gitu. Emang enak, marah-marah? Makanya, jangan bikin aku marah dong! 😛