Ternyata postingan soal MPASI masih ada buntut. Beberapa hal yang lupa aku share diposting jadi bagian ke2 saja. Postingan sebelumnya memang singkat, berupa rangkuman saja. Kali ini mencoba menulis lebih detail, semoga bisa membantu para emak-emak yang excited menyiapkan MPASI. Yesss, aku pun dulu juga excited banget sekaligus deg-degan menyambut masa MPASI. dari sejak Anya menjelang 5 bulan udah baca-baca tentang MPASI. Anya umur 5 bulan udah belanja printilan MPASI. Maunya ketika masa itu tiba udah siap grak maju jalan 😀
Berikut beberapa catatan tambahan mengenai MPASI:
1. Frekuensi ASI. Frekuensi menyusu Anya tidak ada perubahan selama masa MPASI hingga sekarang ini (usia 8 bulan). Tiap 2-3 jam masih minta nenen, kalau malam pas bobok juga masih nenen 2-3 kali. Waktu menyusu juga tak ada perubahan, pokoknya semau Anya lah. Hal ini sangat membantu terutama sebulan pertama MPASI. Waktu itu seperti aku ceritakan, makanan yang masuk sangat sedikit. Dibikinin apa aja lebih sering ditolak. Apalagi kalau menyangkut berat badan, walau banyak yang bilang ga usah kuatir tapi tetep aja ya, sebagai ibu ya tetap galau lah. Pas ditimbang di RS beberapa minggu setelah MPASI, BBnya tidak menunjukkan peningkatan. Angkanya tetap sama seperti usia 5 bulan. Tapi DSAnya bilang tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Anya masih keliatan montok so no worries. Okay lah, aku pelan-pelan melepaskan rasa galau.
Waktu curhat di grup emak-emak, rata-rata mensupport dan share bahwa bayi mereka dulu juga ga langsung lancar maemnya. Ada yang baru lahap makannya di usia 1 tahun. Prinsipnya, namanya juga MPASI, bukan sumber utama melainkan pendamping. Bayi juga masih belajar, jadi wajar kalau cuma dikit yang masuk/ditelan.
2. Jadwal dan porsi MPASI. Hingga sekarang jadwal makan Anya ga seperti di buku-buku. Rada susah kalau musti plek buku. Anya ini nokturnal, baru bobo jam 12 dini hari. Bangun jam 9an. Selama ini rata-rata makannya 2x sehari dan ditambah selingan berupa snack. Kalau awal-awal MPASI porsinya paling 1-2 sdm (yang masuk ditelan paling buanter 1 sdm udah alhamdulillah banget) sekarang 2-3 sdm (bubur kental dan padat) atau 4 sdm kalau berupa creamy sup yang gak seperti bubur. Patokanku adalah reaksi bayi, feeling berperan besar di sini. Menurutku tiap bayi kondisinya unik, jadi yang tertulis di buku adalah panduan aja, ga musti saklek. Selain itu gak mau memaksa Anya makan kalau dia menolak (tanda Anya kenyang biasanya dia menepiskan sendok dan memalingkan muka).
3. Variasi menu MPASI. Awal-awal MPASI Anya aku perkenalkan buah yang berair lalu buah yg bertekstur lembut seperti pisang, alpukat, mangga. Tapi karena Anya ga doyan, malah sekarang doyannya bubur nasi ya udah seringnya dibikinin bubur gurih.
4. Snack alias finger food. Sebagai selingan di waktu makan (pertengahan makan siang dan malam) Anya diberi snack. Seringnya snack bikinan pabrik sih, yaitu happy puffs. Beberapa kali disodorin finger food berupa kacang panjang rebus, belum tertarik. Selain itu kenapa ya, Anya kalau makan sendiri finger food cuma dimainin, blas ga dimasukin mulut. Sementara kalau non makanan malah diemut-emut 😅😅😅
Soal finger food ini masih PR deh.
5. Air putih. Sejak 6 bulan Anya diberi air putih setelah makan. Sangat membantu melancarkan pupnya. Kalau kurang air putih, bisa 2-3 hari ga pupup. Pernah diberi jus setup pear, tapi enggak terlalu ngaruh.
6. Peralatan MPASI. Sewaktu usia 6-7 bulan, food maker lumayan terpakai tapi karena faktor penasaran. Lebih sering pakai garpu (untuk melumat) dan blender (untuk menghaluskan). Oya dari awal tekstur MPASI Anya ga terlalu lembut lho. Lembut tapi ga lembut banget yang pakai disaring. Aku pikir bayi-bayi BLW aja bisa makan utuh gitu, so ga usah terlalu halus lah ya, sekalian melatih Anya mengunyah. Oia, sepertinya salah satu faktor MPASI awal Anya ga terlalu banyak makan karena bayi ternyata butuh waktu mengunyah dan menelan. Pas seminggu pertama, makanan yg dikunyah ga ditelan lho. 😅😅😅
7. Memasak. Memasak untuk MPASI bayi jujur aja sebenarnya repot kalau harus masak tiap kali waktu makan. Lha porsinya mungil-mungil gitu. Untuk orang gede aja masak sekali untuk makan pagi sore. So untuk Anya, aku masak bubur biasanya untuk beberapa kali makan. Trus disimpan di kulkas, nanti saatnya makan, ambil porsi secukupnya lalu hangatkan di magic jar. Praktis, apalagi bagi bagi emak-emak yang tanpa nanny atau ibu bekerja.
8. Memilih bahan MPASI. Memilih bahan masakan MPASI tentu saja pilih yang paling segar. Kalau bisa yang lokal, karena pasti lebih segar daripada impor. Pernah baca katanya bahan frozen lebih segar daripada yang dipajang di counter segar seperti ikan, apalagi di supermarket. Kalau bisa ke pasar sih mending beli pasar aja, terutama kalau beli daging-dagingan. Aku beli frozen salmon, lebih segar. Tandanya, pas dimasak baunya gak amis seperti kalau beli daging salmon non frozen. Kaldu seringnya bikin dari tulang sapi yang ada sumsum (karena beli di supermarket). Bisa juga kaldu dari salmon. Sering-sering eksperimen bahan masakan deh, misal tahu, telur dsb. Aku agak longgar sih, hehehe, ga saklek seperti buku. Tetep sih, baca-baca itu penting sebagai panduan. Misal memberi telur ke bayi mending kuning telur dulu, karena putih telur bisa merangsang alergi.
Untuk memantau alergi, aku pakai aturan satu hari aja, ga perlu nunggu 3 hari. Misal pagi diberi makan apa, siang/sore ada reaksi gak. Anya soalnya biasanya langsung muncul gak lama setelah makan. Eksperimen juga dengan bumbu seperti herbs, minyak zaitun, bawang, daun seledri, daun bawang, minyak wijen, keju, butter. Bisa bikin aroma makanan bayi tambah sedep. Aku percaya, indera penciumannya berperan penting dalam menciptakan selera makan, hehehe.
Hmmm apalagi ya… sepertinya sementara cukup itu dulu yak. Kalau kurang bisa ditambah. Soal resep, ada banyak banget resep MPASI bertebaran di internet. Kalau saya mah, kebanyakan eksperimen. Yang penting prinsip dasar gizi MPASI diterapkan.