4

25 November 2013

Kemarin Sabtu, periksa rutin ke dokter jadi salah satu momen paling membahagiakan. Sebelumnya ada perasaan, cek ke dokter sabtu itu seperti mau ujian/pendadaran/sebangsanya. Kenapa? Karena dokter akan memberitahukan hasil tes lab, selain tes darah juga tes kista, apakah ganas atau jinak. Tapi kemudian pasrah aja deh, apapun yang terjadi, terjadilah. Ajaib, setelah pasrah rasanya kok jadi lebih tenang ga dihantui kekuatiran. Perasaan baik-baik saja, ga ada kecemasan.

So, siang itu begitu tiba giliran kami diperiksa dokter Ira, langsung nanya soal hasil lab. Dokter Ira sendiri juga pertama yang disampaikan adalah soal kista. Katanya, “Jinak pak, bu. Jadi dibiarkan saja ya, tidak usah pembedahan. Ada nyeri sedikit? Jarang? Gapapa, itu otot rahim/perut (?) spasm/tegang, ga usah kuatir. Hasil tes CA memang agak lebih tinggi dari batas normal, karena kalau normal di bawah 30. Hasil lab berkisar 129. Ganas jika angka CA diatas 1000 (? Aduh lupa sih tepatnya berapa, seingatku hasil labku berada di batas bawah lah) jadi bapak ibu tenang saja ya. Nanti di-USG kita cek, perkembangannya bagaimana, semoga tidak berkembang ya.”
Waaa kelegaan langsung memancar dan timbul harapan.

Lalu tibalah momen itu, momen ajaib. Ketika perut dioles gel dingin dan USG bergerak di permukaan perut di bawah pusar. Haaa, itu dia kantung rahimku. Haaah ada bentuk seperti kepala trus seperti badan…DAN DIA BERGERAK! KYAAAA, itu ada bayi mungil lucu bangettttt, kepalanya gede, tulang belakang keliatan, punggungnya menekan kuning telur, trus kakinya meregang dan jungkat-jungkit sampai punggungnya melenting-lenting. HUAAAAA luuuucuuuuu baaaanget astagaaaa, kalo di Sitisewu nyebut istilah gerakan itu ‘mberot-mberot’. Aduuuhhh lucuuuu banget, tiap alat USG digerakkan di perut, bayi lucu itu mberot-mberot. Sampai dokternya ketawa dan bilang, “Wah ini aktif banget ya, sampai sit up gitu.”
Dan kami, kami orang tuanya, aku dan si Mas, ketawa-tawa geli. Aku geli sekaligus takjub dan terharu. Astagaaaahhhh beneran ada makhluk kecil hidup aktif menggeliat muter-muter di dalam perutku! Panjangnya kata dokter udah 6,55cm, woowww!!

Sampai kami keluar dan nunggu di kasir, sambil lihat lagi foto USG, kami ketawa-tawa lagi mengingat tingkah pencilakan si kecil lucu ini. Sampai mbrambangi gitu deh ketawanya.

image

Alhamdulillah, bersyukur sekali untuk nikmat yang kesekian kali kami terima. Oh ya, sampai lupa cerita soal hasil USG kista. Abis ngintip adek bayi, kista diperiksa. Alhamdulillah, dari pemeriksaan ukuran tidak ada pembesaran. Malah ukurannya mengecil lagi nol koma sekian senti. Cukup signifikan lah, menurutku. Kata dokter, hindari aja makanan berlemak, selain itu ga ada pantangan makan. Untuk vitamin, mulai dikasi Vitamam 2, kapsul omega, dan tablet kalsium.

Kemarin aku juga baru sadar, perutku udah mulai kelihatan seperti hamil beneran. Selama ini kalau si Mas komen soal perut buncit, kubilang karena kekenyangan. Nah dua hari terakhir, aku sempet ga makan semalaman karena full. Eh paginya perut masih melendung padahal belum sarapan. Apalagi kemarin sore, pakai baju summer dress, keliatan bener babybump-nya, ihiy!

image

Si Mas jadi makin rajin dan semangat elus-elus Adek. Tiap saat dielus dan diciumi, bahkan di mall juga dicium tuh perut. He looks so happy! Malah jadi punya ide jail untuk mengabadikan foto kehamilan yang ke-12 minggu.

image

Hahaha konyol kan? 😆
Yang jelas, mulai trimester kedua ini nafsu makan masih labil. Sepertinya aku harus makan dikit-dikit tapi sering dan berhenti sebelum kenyang. Soale kalo dibablasin jadi penuh banget perutnya dan malah ga karuan.

Trimester kedua juga bertekad untuk olahraga. Lagi cari info tentang yoga prenatal, enakan ikutan kelas ato sendiri aja di rumah. Pengen juga sih jalan-jalan di kolam renang (soale ga bisa renang). Abisnya, masih gampang banget cape. Jalan kelamaan di mall (lebih dari 45 menit) udah capek banget dan pusing. Harapannya dengan ikut yoga/olah tubuh, badan makin bugar. Semoga juga bisa mulai masak, boros bener euy makan di luar dan bingung tiap harinya.

Oya, untuk pertanyaan perlukah aku tes amniotik (sebangsa itulah) untuk mendeteksi dini kelainan janin, dokter Ira bilang ga usah. Selain itu juga resikonya, karena tes macem gitu menyuntikkan jarum ke cairan ketuban, khawatirnya malah bikin infeksi.

Okay Sayang, kamu cepet gede dan sehat lengkap sempurna ya di kantung Ibu. Bantu Ibu menendangi semua kista-kista itu biar makin kecil dan menghilang! Ibu sayang banget ama kamu dan udah kangen aja! 😆

0

26 September 2013

Pagi ini jam 5.30 terbangun tanpa alarm HP, kondisi yang agak jarang, secara aku bangsawan-bangsane tangi awan. Tapi dari semalam gelisah ga sabar menanti pagi membuatku pagi ini bangun mengalahkan alarm. Dengan perasaan gelisah campur cemas dan deg-degan, segera ke kamar mandi untuk pipis. Sambil membawa tespek. Harap-harap cemas menanti satu menit berlalu ketika tespek dicelupkan. Pelan, garis control terlihat. Merah. Aaaww makin deg-degaaaaan >__< Pelan-pelan semburat pink garis satunya terlihat. OMG! Langsung keatas dengan kaki agak lemas karena gembira campur ga percaya, bangunin si Mas yang masih merem.

“Mas…”

Si Mas melek seketika (dia orangnya gampang terbangun), “Apa Dik?” dengan raut wajah agak bingung dan cemas. Mungkin nyawanya belum ngumpul, hihihi.

“Mas…keknya aku hamil deh.”

Si Mas langsung meluk aku dan mengucap hamdalah. Kami berdua sangat excited pagi itu.

Sebenarnya sudah beberapa hari merasa ‘gejala’ hamil, seperti mudah lelah. Pertama ga kepikiran soal hamil, sampai beberapa temen cewek mention aku di twitter, jangan-jangan aku hamil. Kemudian support grup emak-emak di whatsap juga mendorongku untuk beli tespek, untuk jaga-jaga. Aku antara jadi ada harapan, tapi juga penyangkalan, takut kecewa. Karena gejalanya sama persis dengan gejala PMS biasa. Sampai kemudian tanggal 25 September aku beli tespek sebiji. Rasanya pengen aku coba hari itu juga, tapi aku tahan-tahan paginya biar lebih akurat. Dan pagi ini tespek tersebut membawakan kabar gembira untuk kami berdua.

Pas beli tespek itu juga lucu. Karena ga ada pengalaman, pas ditanya mau beli yang model compact atau biasa, aku balik bingung bedanya apa. Ternyata kalau yang compact lebih praktis, karena tidak perlu menampung urine, walau harganya agak lebih mahal. Aku beli merk Sensitif, secara taunya merk itu. Wah Sensitif masuk top mind untuk brand tespek nih 😆

Aku juga beli tespek penguji masa subur, aku beli sebiji. Pikirku, kalau hasil Sensitif negatif, tinggal pake tespek penguji masa subur, karena memang merencanakan kehamilan. Tespek penguji masa subur ternyata juga macam-macam merk-nya, aku sendiri beli merk Fertitest. Tau gak, ternyata merk-merk tersebut bikinan luar negeri lho, US ama UK. Kita ngimpor aja.

Pagi itu, si Mas berniat nelat masuk kantor untuk menemaniku ke dokter. Kami pengen periksa di klinik deket rumah aja, RS Ibu dan Anak Humana Prima. Pas masuk, sebenarnya lebih mirip klinik sih, karena gak besar-besar amat. Alhamdulillah, tanpa janjian, pagi itu ada dokter yang praktek pas kami datang. Dokternya cowok, dan si Mas ga masalah. Di kamar praktek, aku segera berbaring dan perut dioles gel bening untuk di-USG. Dokter mengamati layar USG dengan seksama dan tanya-tanya sedikit, “perut sini sakit ga? Kalo ini, sakit ga?” yang kujawab dengan gelengan.

Lalu keluarlah diagnosa itu, diagnosa yang bikin kami stress! Dokter bilang kalau kantong rahim belum keliatan, tapi ada kantong di luar rahim. Kemungkinan kalau enggak kista, hamil anggur, atau hamil di luar kandungan. Walau rahim menunjukkan penebalan, kemungkinan itu persiapan kehamilan, tapi kantong di luar rahim ini harus segera dicek dan Humana Prima engga punya peralatan USG vaginal untuk pemeriksaan lebih teliti. Lalu kami dirujuk ke RS Hermina Arcamanik.

Kami berdua lemas dan diam sepanjang perjalanan. Aku sendiri rasanya pengen nangis. Emak-emak itu menyemangatiku untuk terus berpikir positif dan sharing mereka dulu gimana pas pemeriksaan awal kehamilan setelah cobain tespek. Memang ada yang pas diperiksa USG biasa, kantong rahimnya ga keliatan. Tapi soal kantong di luar rahim ini yang bikin cemas. Hingga akhirnya aku pasrah, yah misal situasi terburuk yang harus dihadapi, paling enggak ditemukan di saat sedini mungkin.

Di RS Hermina Arcamanik, kami dapatnya dokter obgyn yang sudah Profesor. Prof DR Dinan siapa gitu, lupa. Pas diperiksa, aku juga ditanya hal serupa, sakit engga perutnya, dan emang gak sakit. Pas menstruasi juga sakitnya biasa aja, sakit kram seperti pada normalnya, bukan yang sakit bikin guling-guling nangis dan pingsan. Soal kista, dua tahun lalu sempet cek di Panti Rapih diUSG perut, normal, ga ada kista sama sekali.

Setelah diUSG, dokter tersebut bilang kalau aku tenang aja. Gak ada hamil anggur dan hamil di luar kandungan, asumsi tersebut terlalu dini dan aku ga menunjukkan gejalanya. Soal kista, ditunggu aja sebulan kedepan untuk diperiksa lagi.

“Lalu soal hamilnya gimana, dok?”

“Ya kalau tespeknya positif, artinya kehamilan Ibu itu baru jalan 25%. Soalnya kan bisa aja di tengah jalan keguguran.”

“Enggggg….ga diUSG vaginal dok?”

“Ga usah.”

“Tapi kami ingin tahu usia kehamilan.”

“Datang aja lagi bulan depan, dicek.”

Okeeeee….satu sisi kami lega karena bukan hamil anggur dan hamil diluar kandungan. Tapi di satu sisi, aku jadi ragu, aku ini hamil engga sih kok 25%? Okeeeee bisa paham kalau omongan dokter tadi berbau statistik banget, dan ya ada benernya. Tapi kuping awamku susah mencernanya. Tespek bergaris dua, positif. Jadi sebenarnya hamil engga sih? Mana kantong rahim juga belum terlihat. Jadi gimanaaaaa? Aaaaaaaaakkkk >_____<

Sampai rumah, si Mas menenangkanku dan menyemangatiku. Emak-emak di support grup juga membesarkan hatiku. Well, ya sudahlah. Paling engga bukan hamil anggur/hamil di luar kandungan. Sekarang tinggal jaga kesehatan dan tunggu bulan depan! Duuuhh, kok lama bangeettt -_____- Enggak sabaaaar!