0

Sentuhan Ajaib: Memperkuat Emotional Bonding Saat Baby Blues Menyerang #CBK4

image

Mau cerita dikit tentang baby blues, masih sedikit nyambung sama postingan kemaren. Jadi waktu anya lahir, perasaan yang muncul di aku, ibunya, masih didominasi rasa cemas daripada rasa sayang. Selama sebulan lebih belum bisa “menikmati” lucunya Anya. Apalagi kalau di rumah pas cuma berdua dan suami ngantor (selama sebulan lebih dari sejak pulang rumah sakit cuma berdua aja sama suami, ga ada pengasuh atau keluarga ikut tinggal di rumah) rasanya takut banget melukai anya dan ga bisa jadi ibu yang baik.
Selain itu belum merasakan kedekatan emosional dengan Anya walau sejak hari pertama udah nenenin dan IMD cukup lama abis operasi (pas lahir, saya dioperasi 2x, cesar dan operasi pengambilan kista). Masih ada perasaan berjarak sama Anya, rasanya tugasku adalah sebagai penyedia ASI dan memandikan serta memastikan Anya gapapa. Belum muncul rasa yang gimanaaa gitu, perasaan seorang ibu alias motherhood (susah dideskripsikan). Yang terasa banget mendominasi adalah cemas dan takut. Ngajak Anya berkomunikasi jadinya cuma karena merasa itu sebagai kewajiban aja, bukan sesuatu yang genuine.

Nah ternyata nih, saat-saat paling intens aku berkomunikasi dengan Anya justru pada saat memandikan anya dan sebelum tidur. Secara aku merasa bukan tipe cerewet dan ga pinter omong, jadi sejak hamil agak kesulitan mengajak Anya ngobrol. Lebih seneng diem, baca atau asyik sendiri. Malah lebih gampang ngajak ngobrol kucing daripada anak yang di perut. Tapi teringat artikel Babycenter yang pernah dibaca, maka mengusahakan diri untuk sebisa mungkin ngajak ngobrol Anya.
Lucunya aku justru paling bisa ngakak ngobrol Anya pada saat mandi dan menjelang tidur.

Jadi sambil mandiin Anya, aku ngobrol apa aja dan ditambah nyanyi lagu nursery rhimes dan lagu anak-anak (sampe ngapalin khusus liriknya). Sambil menyeka tubuhnya, menyabuni, membilas dan mengeringkan dengan handuk, aku ngomoooong terus. Pernah direkam video oleh suami, komentarnya adalah, “mBokmu cerewet tenan yo nduk, ” hehehehe. 😁😁😁
Selesai mengeringkan dengan handuk bukan berarti sudah selesai. Ritual masih berlanjut dengan memijatnya dengan lotion khusus bayi. Ritual ini benar-benar bermanfaat mencegah Anya kembung dan rewel. Kami melakukan ritual ini sejak Anya masih bayi merah hingga sekarang 18 bulan.
Pijat bayi ga sesulit yang dikira kok. Tinggal kemauan aja. Belajar pijat bayi bisa dari bidan dan kursus prenatal di RS (kalau aku ikutan senam hamil di RS Hermina Arcamanik selalu ada kelas prenatal sebelum senam) dan dari youtube. Manfaat bisa pijat bayi banyak banget! Bayi selain jadi lebih rileks, jarang kembung, juga membuat tidurnya lebih nyenyak. Manfaat lain yaitu memperkuat bonding ortunya dengan bayinya. Jadi sangat disarankan ga cuma emaknya yang pijat memijat, ayahnya juga kudu bisa melakukan ritual pijat.

image

image

Kalau dari pengalaman pribadi, saat dipijat itu adalah saat yang sangat mendekatkan kami. Bagaimana tidak, Anya sangat menikmati sentuhan kami dan merasa dicintai. Sambil dipijat, menatap Anya dan ngajak ngobrol. Anya kalau dipijat ayahnya, bisa sampai cekakakan ketawanya, sementara kalau sama ibu “cuma” senyam senyum syahdu. Kadang bikin iri, kok sepertinya Anya cuma ketawa ngakak kalau sama ayahnya sih, hih.

Oya untuk pijat bayi ga ada peralatan khusus. Kalau habis mandi, Anya pakai lotion baby Cussons dengan rangkaian keharuman yang sama dengan sabunnya. Dengan lotion, kulit anya jadi lembab dan halus. Oh ya, bayi juga perlu perawatan kulit untuk menjaga kelembapannya lho. Soalnya kulit bayi ternyata bisa kering juga kalau ga dirawat.
Kalau pijat sebelum tidur biasanya kami lakukan setelah ganti popok. Biasanya pakai baby oil Cussons biar enak kalau dipijet trus baru dikasi minyak telon. Biasanya Anya jadi lebih rileks walau ga dijamin langsung bobok sih. Tapi biasanya Anya udah tahu, kalau diganti popok trus dilanjut pijat, berarti sudah waktunya bobok.

image

Eh trus gimana soal baby blues tadi? Ternyata mak, baby blues adalah perasan yang wajar dialami ibu sehabis melahirkan. Banyak yang merasakannya, jadi ga usah merasa sendirian, apalagi merasa bersalah dan melabeli diri yang enggak-enggak. Cara untuk mengurangi baby blues agar tidak berkelanjutan menjadi post partum depression (depresi pasca melahirkan) adalah terbuka terhadap perasaan tersebut, tidak menyangkalnya. Lalu bicarakan dengan suami, minta suami untuk mensupport. Perkuat emotional bonding dengan memperbanyak sentuhan kepada bayi baik lewat pelukan, gendong, dekap dan pijat. Dorong suami untuk ikut terlibat pengasuhan anak, dengan memujinya karena sukses mengganti popok, memandikan dan memberikan pijatan. Sentuhan adalah wujud cinta dan kasih sayang yang bisa dirasakan anak, sehingga anak bisa merasakan benar rasanya tumbuh dengan cinta. Perasaan dicintai itu penting banget sebagai dasar tumbuh kembang anak lho, mak.

image

Nah, kebetulan ternyata Cussons sedang ada event Cussons Bintang Kecil 4. Hadiahnya total 1 Milyar bok!! Wooohh ngiler ga seeehhh!!? Bisa buat tabungan sekolah anak lho (mata langsung ijo). Cussons Bintang Kecil ini adalah lomba foto dan video yang diselenggarakan oleh brand Cusssons. Caranya gampang banget, orang tua tinggal bikin foto dan video buah hati, sertakan 2 produk Cussons di foto/video tersebut trus upload deh. Foto dan videonya harus menggambarkan tema β€œTumbuh dengan Cinta”. Nah kira-kira foto/video kek apa ya yang menggambarkan tema tersebut. Kalau fotonya Anya di atas sudah pas gak dengan temanya? 😁

Info lengkap mengenai lomba Cinta Bintang Kecil 4 Cussons Baby bisa diklik di sini atau dibaca pada channel social media berikut
– FB:  https://www.facebook.com/CussonsMumMe.Id/
– TW: https://twitter.com/cussonsmumme_id
– Web : http://cbk.cussonsbaby.co.id/

image

Btw baru tahu kalau Cussons sekarang  ganti baju ya, berupa desain kemasan baru dan logo baru yang lebih fresh. Jadi kalau mo menyertakan produk Cussons di foto/video, cek betul produknya masih kemasan lama atau kemasan baru. DEMI SATU MILYAR, MAAAAAK!

image

7

Hal-hal Yang Orang-orang Ga Kasih Tahu ke Ibu Habis Melahirkan

image

Berbeda dengan nikah/kawin yang ada musimnya, kalau hamil kayaknya ga kenal musim ya. Maksudnya di tradisi Jawa, ada bulan yang pantang/ga pantes menyelenggarakan pernikahan, misal bulan Puasa dan Tahun Baru Jawa/Suro. Puncaknya menjelang Lebaran Haji, undangan yang diterima untuk satu hari mungkin bisa sampe 4-5 biji. Kali 100 untuk ngasih amplopan, dalam sebulan bisa abis lebih dari setengah juta hehehe. Lha kok malah ngomongin kawinan, kan mau bahas soal kehamilan dan kelahiran.

Jadi soal kehamilan, kayaknya tiap bulan selalu mendengar kabar bahagia ada teman hamil. Bahkan kadang bisa beberapa teman hamil hampir berbarengan, cuma selisih beberapa minggu/bulan. Mungkin karena itu ada idiom ‘hamil itu nular’.

Beberapa minggu  lalu, tetangga sebelah juga abis lahiran. Mendadak gitu, orang sebelumnya mereka abis kumpul keluarga dan baru masuk minggu 37. Alhamdulillah ibu dan bayinya sehat. Nah kemaren denger obrolan ponakan, katanya di tetangga sebelah ada penghuni lain yg juga sedang hamil. Keliatan dari perutnya yang besar. Lalu ketika ngeliat sendiri, malah pada heran, “lho itu tetehnya yang abis nglairin kok, emang hamil lagi? Kok perutnya gede gitu.”

Oh lala, ternyata weceu-weceu lugu ini gak tahu. Sehabis lahiran, perut ga langsung kempes-pes. Gloyor dan kondisi masih kek hamil 3 bulan gitu. Kondisi ini mengingatkan ketika aku hamil dan melahirkan dulu. Mungkin karena aku hamil dan melahirkan jauh dari keluarga, walau ada whatsapp grup emak-emak tapi keknya juarang/ga pernah bahas perubahan tubuh pasca melahirkan. Jadi dulu pas abis nglairin Anya, aku sempet sedih dan ga pede kalo liat perut. Kondisi perut nggilani, koyor-koyor, menggelambir dan persis seperti masih hamil 3-5 bulan. Mana ga bisa pake stagen/korset karena bekas operasi caesar sempet kebuka dan meradang.

Jadi begini, ada beberapa hal yang mungkin jarang/tidak pernah disampaikan orang-orang ke ibu  baru. Rata-rata mereka sibuk menasihati segala pernak-pernik bayi, nanti bayinya begini begitu dsb. Ketika si ibu baru ini menjumpai kondisinya kok tidak seperti dibayangkan (atau malah ga pernah kepikiran/kebayang sama sekali) bikin kagok, minder, cemas, bingung dsb.

Jadi beberapa perubahan yang terjadi pada seorang ibu yang abis melahirkan tapi jarang diinformasikan adalah sebagai berikut:
1. Perut abis nglairin ga langsung kempes. Kondisinya “ga cantik” dan mirip seperti masih hamil. Untuk kembali menyusut tergantung usia (usia 20an awal lebih cepet menyusut daripada yg hamil pertama umur 30an), gaya hidup sebelum hamil (rajin olahraga ga) dan pola makan setelah melahirkan.
2. Adalah wajar setelah melahirkan, seorang ibu ga merasakan kegembiraan tp didominasi rasa cemas atau datar. Banyak ibu-ibu yang menyangkal kondisi ini padahal mengalaminya, karena takut penghakiman masyarakat. Dibilang ga keibuan lah, bukan ibu yang baik dsb. (Kekuatiran) Label kek gitu malah makin memperburuk perasaan tersebut lho. Nama kondisi ini adalah baby blues. Kondisi ini wajar banget, ga usah merasa aneh dan merasa buruk. Kalau ga didukung oleh sekitar dan dipendam sendiri, apalagi disangkal, bisa berlanjut ke depresi post partum yang lebih parah dan berbahaya bagi keselamatan ibu dan bayi.
3. Bentuk payudara  berubah. Mau gimana rayuan para aktivis ASI yang mati-matian bilang bahwa menyusui ga mengubah bentuk payudara, faktanya bentuk payudara berubah. Apalagi pas awal-awal menyusui hingga selesai ASI eksklusif. Perubahan ini terlihat sejak kehamilan memasuki trimester ketiga. Seperti aerola membesar dan berwarna lebih gelap. Selesai menyusui juga payudara menjadi agak kendor. Tapi kata temen yang anaknya udah gede, nanti payudara akan  kembali “membaik”. Kalau aku mah sabodo teuing, ga cemas atau minder. Mungkin karena aktivitas menyusui telah mengubah persepsiku tentang payudara. Jika dulu payudara adalah sebagai objek seksual, sekarang ngeliatnya adalah sebagai sumber kehidupan. Beneran lho. Liat bokep dan porn kok rasanya “hambar” dan melihat berbagai bentuk tetek diumbar yang keinget adalah anak. It’s mother milk! Sumber makanan utama.
4. Kehidupan seks berubah. Yang jelas jadi kudu cari-curi curi-cari waktu. Apalagi kalau ga ada baby sitter dan anak tidur bareng. Para bapak dimohon pengertiannya.
5. Identitas pribadi berubah. Maksudnya bukan identitas macem ktp. Tapi pribadi. Kadang pribadi itu menghilang perlahan ditelan urusan perbayikan dan parenting thing. Ada yang bisa menerima tanpa masalah, ada yang kaget/shock dan suka rindu “the old me”. Its okay, itu bukan berarti ga bersyukur. Yang penting adalah mengakui perasan itu ada, tidak menyangkal/pura-pura ga ada. Langkah selanjutnya adalah penerimaan bahwa kita emang masuk fase baru yang sangat berbeda.
6. Menyusui itu ga gampang! Sekhatam apapun kamu melahap teori menyusui, tetapi ketika waktu itu tiba, ternyata tetep bikin panik, sakit, bingung. Menyusui ternyata ga segampang yang dilihat, dan digembar-gemborkan aktivis ASI. Mengherankan juga sih, mengapa aktivitas “purba” bisa sedemikian rumit bagi manusia saat ini. Dulu pas belum ada konselor ASI dan segala printilan pembantu ASI, gimana ya proses menyusui seorang ibu. Apakah hewan mamalia juga ada yang mengalami kesulitan menyusui? Selain itu ibu yang baru awal-awal menyusui akan banjir keringat, lepek, kuyu, bau (ASI) waaahhh pokoknya enggak banget lah. Jadi jangan heran ada sebagian ibu yang lebih suka tidak menerima tamu di awal-awal pasca lahiran. Selain karena butuh istirahat juga ga pede dengan kondisinya yang kucel berat harus menerima tamu.
7. Masa nifas bisa bervariasi lamanya. Ada yang seminggu pasca melahirkan udah berhenti, ada yang lebih dari 40 hari.
8. Jahitan operasi cesar bisa terbuka lagi. Ini pengalaman pribadi sih. Jadi beberapa minggu pasca melahirkan, tiba-tiba badan diserang demam hebat. Seumur-umur baru kali itu merasakan badan menggigil karena demam. Diselimuti setebal apa masih menggigil. Ternyata jahitan cesar terbuka dan meradang, sampai bernanah. Pantesan demam hebat, infeksi. Entah juga mengapa sampai bisa terbuka, bisa jadi karena aktivitas (karena ga ada baby sitter, ga ada ART, semua dihandle cuma berdua sama suami termasuk masak dsb). Sekali lagi ini pengalaman pribadi, karena banyak juga teman-teman yang cesar dan baik-baik aja. Yang jelas bervariasi rasa sakit yang dirasakan. Ada yg seminggu setelahnya udah bisa jalan-jalan enak, ada yang harus bedrest total, ada yang ga bisa dipake jongkok, dsb.
9. Setelah jadi orang tua lebih membutuhkan honeymoon daripada pengantin baru and that’s so true. Ironisnya banyak pasangan orang tua yang justru ga sempet dan ga bisa honeymoon, entah karena kesibukan, susah ninggal anak, budget dsb. Padahal setelah ada anak akan lebih banyak konflik yang terjadi dan lebih dalam dampaknya dibanding pas waktu berdua aja. Lebih banyak perdebatan, tengkar mulut atau kekesalan dan sakit hati plus kesedihan yang dipendam (terutama tipe yang memendam perasaan), karena cape fisik, cape otak, cape psikis. Apalagi kalau suami ga mau terlibat merawat anak dan bantuin urusan domestik, tipikal feodal gitu.

Hmmm apalagi ya? Ada yang mau nambahin ga? Welcome lho 😁😁😁

Hmmm apalagi ya…

0

Resep Yang Adem-adem: Dari Smoothie, Lollipop, sampai Sop Buah

Postingan ini seharusnya dibuat pas kemarau masih merajai. Tapi gapapa, biarpun sekarang udah masuk musim hujan, tapi siang seringkali masih terasa gerah dan panas, pengen minum yang dingin-dingin. Nah ada beberapa resep minuman dingin/smoothie sehat cukup dengan dua bahan aja. Bisa buat sarapan, bisa buat pengganjal perut, bisa untuk dessert. Yang paling penting lagi, sebagai variasi menu si Kecil pas banget nih. Secara anak kecil biasanya kan pembosan tuh. Nah semoga resep resep berikut bisa mengobati rasa bosan si Kecil plus memberi variasi menu yang mendukung pertumbuhan anak.

1. Smoothie dua bahan a la Chil-Go!

image

Smoothie ini sebenarnya variasi jus tapi dicampur sama susu. Kita bisa pake buah apa aja asal cocok diblend dengan susu. Misalnya nih kek foto di atas, pas lagi musim mangga kemaren aku ngeblend mangga dan susu Chil-Go! rasa vanilla. Pernah juga ngeblend strawberry yang udah dibekukan di freezer trus diblender dengan susu Chil-Go! rasa strawberry. Pepaya dengan susu Chil-Go! vanilla juga enak banget, bisa menyamarkan bau pepaya bagi anak-anak yang huek sama pepaya. Pisang juga pas banget diblend dengan semua varian rasa susu Chil-Go!, apalagi yang coklat, yummmmmmmm! Alpukat juga jodoh banget tuh dengan susu Chil-Go! rasa coklat. Kalau Anya paling suka sama smoothie strawberry dan smoothie pisang coklat. Karena susu Chil-Go! udah manis, biasanya aku ga pernah kasih gula lagi. Lagian manis dari buahnya udah cukup banget kok.

2. Lollipop dua bahan a la Chil-Go!

image

Kalau Lollipop ini mah iseng aja pengen eksperimen. Bahannya sama seperti kalau kita bikin  smoothie. Tinggal dituang di wadah lollipop trus masukin freezer, jadi deh. Anya sih belum boleh icip. Tapi rasanya boleh dipujiken lho. Daripada beli es lilin pinggir jalan ga jelas bahannya apa, bikin sendiri lebih gampang dan lebih sehat, bundaaaa 😁😁😁

3. Sop buah a la Chil-Go!

image

Ini resep super duper gampang. Cuma butuh potongan buah dan susu Chil-Go! rasa strawberry. Buahnya bisa apa aja, dari strawberry, pisang, mangga, kiwi, anggur, leci, dan sebagainya. Susu Chil-Go-nya musti masukin kulkas dulu sampai dingiiiiin. Udah manis, enak, suegerrr banget.

Kenapa emaknya Anya suka banget susu Chil-Go! karena Chil-Go untuk susu pertumbuhan anak usia satu tahun sampai 12 tahun komplet banget kandungan gizinya. Ada prebiotik inulin 1000 mg dalam tiap wadahnya, tinggi kalsium (setiap porsinya udah bisa mencukupi 30% kebutuhan kalsium harian), zat besi dan yodium, dan tentu aja vitamin.
Prebiotik inulin berguna untuk membantu kesehatan saluran cerna. Kalsium berguna untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Zat besi dan yodium merupakan zat gizi mikro yang mendukung perkembangan dan pertumbuhan otak, termasuk sistem saraf, memori dan konsentrasi.

Jadi udah paling bener deh emaknya Anya nyetok susu Chil-Go! untuk diminum Anya tiap hari. Selain bisa diminum gitu aja setiap waktu, bisa dijadiin berbagai variasi menu dari smoothie sampai cake. Yay!

image

0

Cake Kukus Simpel a la Chil-Go!

Udah sejak beberapa minggu lalu, rasanya kok pengiiiin banget cake lembut. Trus juga ada keinginan eksperimen bikin kue kukus. Akhirnya sekitar dua minggu lalu keturutan juga ngidamnya, pas ada waktu untuk eksperimen praktek resep.

Awalnya sempet galau pilih resep kue yang dikukus, secara ga punya oven. Pengen praktek resep putu ayu (kue tradisional kesukaan Anya), bolu kukus atau brownies kukus. Gugling resep sana-sini, mendadak pengen resep yang pake takaran cup aja daripada gram-gram-an karena males nimbang. Kebetulan punya takaran cup komplet, beli onlen ga nyampe 30 ribu. Biasanya nih resep Barat yang pake takaran cup. Setelah gugling, nemu resep yang kayaknya simpel dan ga banyak pake telur (edisi perdana bikin kue kukus, bo. Cari resep yang kalau resiko gagal terjadi, kerugian bisa diminimalisir hehehe).

Dasar emaknya Anya belagu. Baru juga perdana bikin kue udah eksperimen ganti bahan. Patokannya asal takarannya pas, ga ada bahan penting yang diskip (kalo seperti esens vanili kan bukan bahan utama jadi kalo diskip paling yang ilang aromanya). Akhirnya ketika adonan masuk dandang kukusan, wah deg-degan sukses gak. Ternyata sukses!! Ngembang bagus, lembuuut.
Berhubung terlalu napsu pengen cobain pas masih anget (aromanya menggoda sekali sih, campuran aroma brown sugar, butter, dan susu Chil-Go! rasa vanilla) jadi buru-buru potong pake pisau mentega. Alhasil penampakan di foto, kesannya kuenya beremah banget. Padahal asli lembut tapi padat ni kue.

Oya, ada beberapa bahan yang diganti. Selain mengganti gula pasir biasa dengan brown sugar, susu juga kuganti dengan susu Chil-Go! vanilla. Rasanya makin endeeusss, harum vanilla dan brown sugar, hmmmhhh yummy banget, wangiiii. Rasanya juga milky gimana gitu.

Berikut resepnya ya, adaptasi dari resep aslinya di sini :

Bahan:

1 cup white sugar (ganti dengan brown sugar)
1/2 cup butter (saya pake 1/2nya butter, separonya margarin biasa biar ngirit)
2 eggs
2 teaspoons vanilla extract (skip)
1 1/2 cups all-purpose flour (pake tepung terigu serba guna biasa)
1 3/4 teaspoons baking powder
1/2 cup milk (pake susu Chil-Go! rasa vanilla)

Cara membuat:

1. Siapkan semua bahan. Siapkan dandang kukusan, isi air dan panaskan. Olesi loyang kue dengan mentega dan taburi terigu. Campur terigu dan baking powder. Lebih baik kalau diayak sehingga tercampur rata.

image

2. Mixer mentega dan gula sampai lembut dan creamy. Mixernya agak lama, mungkin sampai 10 menit. Teksturnya harus betul-betul lembut dan creamy, jadi pakai kecepatan tinggi.
3. Setelah adonan gula+mentega jadi creamy, masukkan telur satu persatu dan mixer dengan kecepatan rendah hingga adonan tercampur baik. Ngocoknya berapa lama ya, lupa. Tapi waktu itu berpikir, semakin lama mixernya, makin banyak udara masuk jadi adonan bisa makin ngembang/lembut. Entahlah, bener-bener sok teu banget cuma bermodal pernah baca sekilas. 😁😁😁
4. Masukkan terigu sedikit demi sedikit, sambil diaduk spatula hingga terigu tercampur semuanya. Mixer lagi dengan kecepatan rendah. Ga usah lama-lama, pokoknya asal tercampur rata dan tidak ada lagi terigu yang masih belum nyampur.

image

5. Masukkan susu Chil-Go! dan aduk dengan spatula hingga tercampur rata. Tuang adonan ini ke loyang yang telah dioles mentega+terigu, masukkan ke dandang kukusan yang udah dipanaskan. Tutup dengan serbet baru ditutup agar adonan ga ketetesan uap air. Kukus kurang lebih 30 menit / cek apakah sudah matang. Waktu itu adonan ngembang dan aromanya wangiiii banget.

image

image

Yaayyy seneng banget pas tahu kuenya berhasil dan lezat. Suami memuji rasanya lembut. Anya juga doyan. Bener-bener pas dinikmati sore hari untuk cemilan bersama keluarga. Padahal resep aslinya kan dipanggang oven, tapi dikukus ternyata juga bisa.

Selain itu, eksperimen ini kan tujuannya untuk ikutan lomba variasi menu memakai susu Chil-Go!. Susu Chil-Go! yang punya 3 varian rasa (strawberry, vanilla, dan coklat) menggoda banget untuk diolah macem-macem. Kalau diolah jadi pudding pasti udah biasa banget dong ya. Makanya penasaran pengen bikin cake berbahan susu Chil-Go!. Masih penasaran bikin dadar vla berbahan susu Chil-Go! pasti rasanya endeuuusss banget.

Sebenarnya susu Chil-Go! dinikmati gitu aja udah enak banget sih. Anya aja pertama icip langsung suka. Sampai sekarang Anya paling suka yang rasa coklat dan dinikmati dingin/masukkin kulkas dulu. Bisa langsung abis tuh.
Emaknya sih suka cita banget Anya suka. Kandungan gizinya komplet (kandungan kalsium 30% dari kebutuhan sehari-hari, ada zat besi, ada prebiotik inulin untuk menjaga kesehatan pencernaan dan banyak lagiii) jadi bisa menenangkan kekhawatiran emaknya karena Anya porsi makannya dikit. Susu Chil-Go! pas banget untuk jadi penyempurna, seperti idiom 4 Sehat 5 Sempurna.
Faktor kedua, susu Chil-Go! ini bentuknya susu cair yang diproses UHT jadi praktis. Wadahnya juga anti nyemprot, pas lah untuk digenggam Anya. Jadi ni, tiap hari Anya minum susu Chil-Go! untuk mencukupi kebutuhan gizinya.

image

image

0

Ibu Yang Buruh, Buruh Yang Ibu

crying-baby-700x400Hari ini ada demo/mogok buruh. Ga tertarik ngikutin pro kontranya. Sedang sibuk dengan pikiran sendiri sebagai buruh.

Hiks, bagaimana ya. Sebagai ibu rumah tangga, saya selalu didorong suami untuk cari kerja. Katanya lebih ke faktor pride, karena label ibu rumah tangga tu kesannya nganggur banget dan kurang membanggakan. Selain itu untuk nambah kegiatan daripada ngelangut ga jelas. (Seharusnya dari sini sudah terlihat, bagaimana masyarakat memandang label ibu rumah tangga kebanyakan pandangan negatif seperti nganggur, ga banyak kerjaan, kerjaannya nonton gosip di tv dan ngerumpi).

Jadilah saya ibu rumah tangga merangkap buruh (freelance). Jam kerja saya ga banyak, memang sengaja nyari yang begini karena masih harus mengasuh Anya. Selain itu nyari yang bisa dikerjakan di rumah, karena ga bisa ninggal Anya (tidak ada pengasuh yang bisa saya percaya).
Ternyata kerja dari rumah itu enak ga enak. Kalau dari sisi sebagai ibu, enak karena bisa sambil ngawasin anak dan ga galau mikirin bagaimana Anya dihandle orang lain. Ga enaknya dari sisi buruh; kerja nyambi ngasuh anak itu ga maksimal. Dedlen selalu keteteran. Konsentrasi terpecah setiap saat. Paling sulit fokus ketika harus memerah ide sementara anak nangis-nangis. Antara mau nyuekin atau harus ngedatengin. Tapi kalau dideketin, biasanya langsung nemplok dan ga mau lepas.

Setiap anak karakternya beda. Mungkin ada yang berpendapat, “tuh si A kok anaknya bisa ditinggal jadi emaknya bisa ngapa-ngapain. Anaknya gapapa tuh sementara ditinggal keluar, bareng sama pengasuhnya.”
Saya ga perlu njelasin karakter Anya gimana kan ya. Saya cuma kasih gambaran bahwa Anya sangat lengket dengan ibunya dan separation anxiety-nya cukup tinggi. Jadi ga perlu bandingin sama anak-anak orang lain dan nanya kenapa saya ga bisa kayak ibu-ibu lain.

Sebagai buruh yang butuh duit, tentunya saya pengen kerjaan cepet selesai dan perform baik dong biar duitnya tambah banyak. Tapi nyambi-nyambi bikin ga maksimal. Jadi sedih deh, kalau ga bisa perform karena ga bisa maksimal itu tadi. Rasanya ga berharga dan kalah. Iya dong, sebagai buruh kan dihargai dari jumlah duit yang diperoleh. Duit diperoleh dari seberapa perform dirimu. Kalau ga perform, ya ga dapat duit.

Kalau begini jadi suka merenung. Memang dunia kerja (sebenarnya) ga bersahabat/ga berpihak buat wanita terutama ibu dengan anak kecil/bayi. Realistis aja, ketika perempuan menikah dia diharapkan mengandung dan punya anak. Konsekuensinya, ada situasi yang membuatnya tidak bisa kerja yaitu saat melahirkan dan anaknya masih bayi. Bahkan saat hamil pun mungkin ada yang ga bisa maksimal, misal karena fisiknya jadi menurun. Β Yang pas hamil termasuk kebo alias fisiknya kuat pun dijaga dengan mengurangi kegiatan lapangan yang berat, naik pesawat terutama di minggu-minggu rawan. Perusahaan/HRD pasti mikir kesitu kan.
Cuti hamil/melahirkan adalah hak karyawati dan kewajiban perusahaan. Bisa dapat cuti 3 bulan aja udah anugerah karena ada lho karyawati yang didholimi haknya. Belum kebutuhan nanti pas masuk kerja, yaitu pompa ASI demi kebutuhan si bayi. Butuh saat khusus dan ruang khusus. Dari sisi perusahaan, mikir juga lho kalau ada karyawannya ga masuk 3 bulan dan tetep kasih gaji, gimana caranya agar laju kinerja perusahaan ga terganggu. Terutama buat perusahaan yang belum meraksasa. So realistis banget buat perusahaan kalo mereka pas nyari karyawan, prefer laki-laki. Ga pusing ngatur kalau hamil dsb. Padahal di satu pihak, pihak si ibu, justru setelah menjadi ibu sangat butuh kerjaan karena lebih membutuhkan uang untuk mengongkosi kebutuhan si baby.
Ini mungkin sangat dialami oleh perempuan/ibu dari kalangan menengah ke bawah. Kalau dari kalangan menengah ke atas, ketika kebutuhan bayi sudah cukup dari kepala rumah tangga, mungkin bekerja untuk tambahan aja. Lumayan buat tambah-tambah dana biaya masuk playgroup ntar (yg naujubilah mehelnya).

Karena itulah dari segi perempuan pekerja, adanya susu formula sebenarnya sangat membantu ibu-ibu untuk bekerja menghidupi anaknya. Terutama bagi kalangan menengah bawah. Mungkin aku akan dibully NAZI ASI, ASI garis keras. Tapi coba bayangkan dulu, pahami dulu situasinya. Susu formula memungkinkan ibu-ibu meninggalkan bayinya tanpa kuatir lagi asupan makannya (minumnya). Sekarang sih udah ada pompa ASI (walau yang bagus masih relatif mahal) tapi ga semua tempat menyediakan tempat untuk memompa ASI dan mungkin ga semua bos maklum kalau karyawatinya ijin untuk memompa. Apalagi memaklumi yang bayinya mengalami separation anxiety tinggi plus bau tangan. Ga bisa lepas dari emaknya.

Jadi boro-boro ngikutin pro kontra mogok buruh, sebagai buruh sekaligus ibu udah pusing mikirin dedlen, anak nangis, perform yang makin menurun disela ngasuh anak. Hadeh. Ada ga bos yang berbaik hati mempekerjakan kalangan ibu-ibu macam saya begini dengan pemakluman yang sangat luas? Ga ada kan, gila kalo ada.

0

Bread Pudding Ala Chil-Go!

Eksperimen di dapur adalah favoritku. Pengennya sih lebih sering praktek resep resep yang dikumpulin, tapi seringkali bentuk eksperimenku adalah nyobain hal baru di luar resep. Sungguh bentuk ke-sotoy-an yang luar biasa, secara aku tuh ga ahli-ahli amat soal masak apalagi baking. Sekadar  bisa doang, masih amatiran.

Seperti beberapa hari lalu. Pas ada roti tawar nyisa, bentar lagi mo expired. Kebetulan sejak ada stok susu Chil-Go! di rumah, hasrat pengen nyobain bikin macem-macem pake susu Chil-Go! sudah membuncah. Karena waktu yang kupunya engga banyak, kepikiran menu praktis yang cepet bikinnya yaitu bread pudding pake susu Chil-Go!. Nah disini rasa penasaran pengen tau menuntut untuk dilaksanakan. Yaitu, gimana kalau bikin bread pudding tapi pake susu strawberry. Cobain dong, akhirnya.

Ternyata setelah jadi, rasanya maknyuzzz! Suami suka, Anya juga demen. Paling pas disantap anget-anget pas hujan turun dan cuaca dingin. Karena ga punya oven, bikin bread pudding pakai metode dikukus. Kalau punya oven, kayaknya lebih lezat deh. Tambahin kacang mede, strawberry biar makin yummy. Kalau aku kemaren pakai kismis aja karena ga yakin tetep enak kalau pakai potongan buah strawberry tapi masaknya dikukus.

Jadi ini resep Strawberry Bread Pudding Ala Chil-Go!

Bahan (ga pakai takaran karena kemaren cemplang-cemplung ngandelin perasaan) (semuanya aja pake perasaan, pantesan baper mulu πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚) :

Roti tawar (kemaren pakai 2 lembar roti tawar gandum yang irisannya tebal. kalau tipis seperti standar roti tawar supermarket bisa tambah jadi 3-4 lembar)
Biskuit bayi Milna rasa original beberapa keping (karena ada stok yang belum abis dan penasaran apakah  biskuit bisa dibikin biskuit pudding)
Susu Chil-Go! rasa strawberry 2 botol
Telur ayam ukuran sedang 1 butir
Gula pasir dikit (tapi kalau ga suka terlalu manis bisa diskip)
Mentega cair (kemaren pakai 2 kotak butter tapi kok rasanya terlalu berminyak. Mungkin bisa diskip buat yang menghindari minyak, atau dikurangi takarannya)
Kismis

Cara pembuatan:
1. Tempatkan kepingan biskuit bayi Milna dan roti tawar yang udah disobek-sobek di loyang.
2. Kocok telur dan susu sampai tercampur rata. Tambahkan gula pasir jika suka dan mentega cair (mentega cairnya jangan pas panas-panas dituang ya, ntar telornya mateng).
3. Siram adonan susu+telur ke roti & biskuit. Tekan-tekan rotinya hingga terendam adonan. Tambahkan kismis.
4. Siapkan kukusan yang udah dipanaskan. Masukkan adonan bread pudding, alasi serbet di atasnya biar ga ketetesan uap air. Kukus hingga matang.

image

Kalau mo eksperimen lagi, susu Chil-Go! bisa diganti susu coklat, tambahkan pisang atau apa saja yang bisa mendukung rasa coklatnya makin endesss.

Gampang banget kan? Sebentar aja udah siap tuh. Senengnya sama susu Chil-Go! adalah karena mengandung probiotik seperti inulin so bermanfaat banget untuk menjaga kesehatan pencernaan Anya. Kemasannya yang berupa botol juga oke banget buat Anya, anti muncrat! πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ Secara Anya suka refleks meremas yang dia pegang.

Hmmm…bikin eksperimen apa lagi ya, dengan susu Chil-Go!?
πŸ˜‰πŸ˜‰πŸ˜‰πŸ˜‰

1

Menulis Untuk Apa Sih?

writing that heals

 

Semalam aku nemenin Anya nonton Dinopaws, kartun di Cbeebies channel. Anya jam 1/2 sebelas malem masih melek lebar, emaknya udah ngantuk berat. Jadi ketika Anya jam segitu masih pengen main, emaknya udah lemes dan kehabisan ide. Diajaklah Anya nonton Cbeebies aja. Eeee malah Anya sibuk mainan sendiri sama mainannya, emaknya malah yang nonton. Cerita episode tersebut adalah arti teman bagi Bob, Tony, dan Gwen. Bob terjebak di pucuk pohon, Gwen dan Tony sibuk mencari pertolongan tapi akibatnya malah Gwen dan Tony kelempar ke pucuk pohon, dan terjebak bersama Bob. Kata Bob, “Kalian memang teman baikku, selalu ada di sampingku dan saat aku butuh pertolongan.”

 

Kata-kata Bob membuatku berpikir tentang arti teman. Banyak banget quote dan cuplikan entah film, lagu atau buku yang mendefinisikan teman sejati/teman baik adalah teman yang selalu ada di sampingmu dan selalu ada saat kamu butuh. Pada saat itulah aku tersadarkan, di kondisiku sekarang berarti aku bukan teman yang baik. Situasi berkeluarga, punya bayi, membuatku tidak bisa selalu hadir dan ada untuk teman-temanku. Ketika mereka sedang kesulitan, kesusahan, butuh teman curhat, butuh support, ingin ditemani jalan-jalan, aku gak bisa. Aku masih harus ngurus Anya, masih harus ngurus rumah, masih harus memikirkan kebutuhan suami, masih harus bersihin rumah, dan sebagainya. Pikiranku udah kepenuhan dengan Anya, keluarga, rumah. Bahkan untuk diri sendiri aja keteteran, diabaikan, ditunda demi mendahulukan kepentingan keluarga. Nah aku ga bisa selalu ada di samping teman. Obrolan atau pertanyaan di whatsapp aja baru terjawab beberapa jam kemudian. Teman macam apa aku?

Kesadaran ini membuatku bersikap tahu diri untuk ga menuntut adanya teman yang selalu ada buatku. Aku paham, ketika seseorang sudah beranjak dewasa, berkeluarga apalagi punya anak, prioritasnya berubah.

Jangan salah, aku dulu melakukan kesalahan dan egois waktu masih lajang. Aku heran dan bete ketika semua teman-temanku yang udah menikah jadi berubah. Mereka jadi susah dihubungi, susah diajak main. Malah ada yang kayak ngilang gitu, membuatku jadi suudzon dan menghakimi mereka. Melihat mereka temen-temenku ini setelah jadi ibu enggak asyik lagi. Eeee sekarang aku di posisi mereka 😐 Nah lho, karma memang betul terjadi euy. Duh.

Kembali ke situasiku. Sebenarnya justru di masa seperti ini, butuh sekali teman bicara. Perubahan yang terjadi setelah punya anak membuat jetlag dan canggung. Masih sulit untuk 100% menerima dan masih sering timbul kerinduan masa lalu. Apalagi aku dulu kemana-mana sendirian dan bebas kemana aja. Sekarang mau pergi ke supermarket aja kudu nyiapin Anya dulu, ga bisa langsung capcus. Jadi ya maklum kalau agak-agak jetlag. Perubahan ini sering membuat frustasi dan butuh teman bicara. Tapi sadar, semua temen udah sibuk dengan urusan masing-masing. Sementara kebutuhan ngobrol dari hati ke hati dalam rangka membuat tetap waras, besar. Jadi kemana aku mencari kebutuhan tersebut? Suami? Suami sibuk dan seperti kata teman, “semua suami adalah pengidap ADHD” (ga ada maksud menghina pengidap ADHD lho) so curhat dengan suami ga masuk list. Lupakan saja.

Jadi kemana aku mencari kebutuhan tersebut? Ternyata jawabannya adalah menulis! Menulis membuatku tetap jernih dan waras. Menulis untukku adalah bentuk terapi. Nah media untuk menulis yang bagaimana yang bisa membebaskan? Macam-macam. Jaman dulu kan ada diary ya, aku dulu rajin nulis di diary. Dari SD sampai kuliah. Banyak tuh kumpulan diary dan tersimpan dengan baik. Sekarang dengan adanya blog dan social media, jadi media buatku untuk menyalurkan terapi menulis.

Ketika menulis, aku menguraikan apa yang ada dalam pikiranku. Dalam proses penulisannya, aku seperti membaca ulang apa yang aku pikirkan. Yang terjadi kemudian adalah proses refleksi, merenungi pemikiranku sendiri dan mencoba lebih memahami. Sebuah proses yang terjadi terus menerus. Gak menghilangkan perasaan dongkol, frustasi, marah, sedih dan sebagainya. Perasaan tersebut tetap datang tapi aku jadi lebih paham, minimal lebih aware apa yang terjadi dengan diriku. Karena itulah dalam setiap tulisanku, aku mencoba untuk jujur. Kalau menulis ga bisa jujur, bagaimana bisa bersikap reflektif? Bagaimana bisa aware?

Itulah, menulis bagiku adalah sebuah terapi. Social media membuatnya jadi lebih mudah. Gadget bukan musuh, tetapi juga teman karena membuatku bisa bicara apa saja, hadir kapan saja, tanpa menghakimi (yang menghakimi kan orang lain, bukan gagdetnya).

Soal teman, aku sekarang berpendapat, teman itu bukan hal yang abadi. Teman juga ga kebal dari perubahan. Teman datang dan pergi, biasa itu, ga usah sedih. Kita aja berubah, apalagi teman. Teman lama mungkin menganggap kita udah ga asik lagi. Yaiyalah, pandangan udah berubah. Pengalaman yang dilalui membuat value dan prioritas berubah. Jadi ketika ngobrol dengan teman lama yang berbeda value dan prioritasnya, ya mungkin udah ilang chemistry-nya, udah ga nyambung lagi. No worries, paling engga buat aku. Cenderung introvert dan lebih baik dalam mengungkapkan perasaan dalam bentuk tulisan dibanding ngomong langsung (walau tulisanku ga bagus-bagus amat sih, tapi aku lebih bisa nulis daripada ngomong) membuatku kebutuhan berjumpa langsung dengan manusia tidak begitu besar. Mungkin beda dengan mereka yang ekstrovert, pergumulannya jadi lebih sulit. Karena makin tua kita, makin bertambah usia, makin sulit untuk menambah teman. Dan bagi mereka yang ekstrovert, bertemu dengan orang lain adalah suntikan energi. Sedangkan bagi introvert, bertemu dengan orang lain apalagi banyak orang justru menguras energinya.

Kamu sendiri, menulis untuk apa?

 

0

Antara Sampah, Generasi Tua, dan Generasi Anya

image

Ngomongin masalah sampah, lingkungan hidup, dll ternyata ga ada kaitan antara jenjang pendidikan, status sosial ekonomi dan kepedulian terhadap lingkungan. Menurutku, perilaku peduli lingkungan (diet tas plastik/bawa sendiri tas waktu belanja, matiin listrik ketika tidak dimatikan, buang sampah pada tempatnya, memilah sampah, dsb) merupakan karakter. Begitu juga perilaku bersih.

Yang jadi misteri adalah, mengapa ada orang yang mempunyai karakter seperti itu dan ada yang tidak. Padahal sama-sama berpendidikan, melek informasi, berasal dari status sosial yang sama. Apakah yang membedakan karena pola asuh?

Ah tapi ada juga yang dari kecil tidak diajarkan memilah sampah dsb ketika dewasa bisa disiplin pilah sampah. Ada yg kecilnya dibesarkan oleh orang tua yang tidak suka binatang tapi pas gede sayangnya ke binatang buanget-banget. Jadi apa dong yang membedakan? Faktor apa agar seseorang mempunyai karakter peduli lingkungan? Semoga ada penelitian menyelidiki hal ini, penting nih untuk kemaslahatan umat manusia.

Btw masih terkait perilaku peduli lingkungan, sementara ini yang bisa dilakukan adalah fokus terhadap pendidikan generasi masa depan. Siapa sih generasi masa depan? Ya anak-anak kicik, anak-anak kecil, anak-anak kita. Mengapa? Udah terbukti bahwa mengubah perilaku orang dewasa tuh susah setengah mati. Perilaku orang gede tu berasal dari kebiasaan yang sudah mengurat-akar puluhan tahun. Biasanya sih orang dewasa perlu momentum besar agar mau berubah perilaku. Misal nih, kudu sakit jantung dulu agar berhenti merokok. Perlu kecelakaan dulu agar mau pake helm atau care tentang safety. Dan sebagainya lah, hal semacam itu. Kata mereka sih, “old habits die hard”. Mengapa demikian, mungkin karena menjadi orang dewasa melelahkan, energi sudah ga seperti masa kecil/muda, sementara mengubah perilaku butuh banyak energi.

image

Bahkan diingetin pasangan/keluarganya agar mau mengubah perilakunya, bisa jadi debat dan pertengkaran. Ego tersinggung dan defensif, logikanya mengatakan semua baik-baik saja dengan perilaku yang sekarang, ngapain diubah. Padahal tiap hari baca berita dan liat foto seliweran betapa lingkungan kita udah terdegradasi. Terucap kata “prihatin”, mungkin terselip perasaan kasihan tapi tidak cukup menggerakkan dia untuk berubah. Masih nyaman di status quo.
Asumsi lain, kemungkinan ybs terlalu abai dan ga peduli jadi merasa ga perlu repot-repot mengubah dirinya. Ada orang lain yang akan membereskan (kekacauan yang dia buat).

Nah ngadepin orang dewasa yang berpikiran macam ini tuh buang energi banget. Apalagi mencoba mengubahnya, sia-sia. Antara energi yang kita keluarkan dan result, ga sebanding. So paling gampang adalah membentuk mereka yang masih mudah dibentuk, yaitu anak-anak. Mereka yang masih membentuk kebiasaannya, yang lebih mudah diberitahu tanpa melibatkan ego terluka ketika dibenarkan/diingatkan/dikritik.

Jadi lebih baik simpan tenaga dg fokus membentuk perilaku anak-anak kita untuk lebih peduli lingkungan, aware terhadap hal-hal kecil, self cinscous. Semua bisa dimulai dengan hal-hal kecil di rumah dan di sekolah. Semoga dunia menjadi tempat yang lebih baik bagi semua makhluk.

image

0

Door Stopper atau Pengganjal Pintu

Sambil nunggu Anya bobok, tetiba pengen nulis hal remeh temeh tapi siapa tahu membantu. Ini terkait soal baby safety dan baby proofing kit di rumah. Selama ini kan install aplikasi Baby Center di hape. Membantu banget buatku, terutama karena selalu dapat kiriman newsletter tiap minggu terkait milestone Anya. Nah salah satu topik yang sering diulas Baby Center adalah soal perlunya baby proofing di rumah, apalagi jika bayi kita sudah bisa move on eh maksudnya bergerak/pindah (merangkak dan jalan).

Salah satu baby proofing kit yang berguna banget untuk Anya adalah ini, door stopper dan ganjel pintu. Door stopper ini gunanya untuk menahan pintu, ketika pas angin bertiup kencang, pintu ga langsung kebanting nutup sendiri. Bahaya kalau pas ada baby or anak kecil lagi deket-deket pintu. Nah door stopper ini berguna untuk mencegah baby/anak kejepit. Terbuat dari busa, empuk. Malah kalau lagi ga dipake bisa buat mainan Anya, mengenalkan binatang (bentuknya kebetulan dapat yang animal shape) dan warna.

Trus ada juga pengganjal pintu yang diletakkan di bawah pintu, nahan agar pintu ga mudah digeser. Ini berguna untuk Anya, karena Anya selalu duduk di lantai (rumah ga ada kursi bo, serba lesehan) jadi kadang suka tiba-tiba diΒ  belakang pintu. Pernah kejadian, ga masang door stopper, Anya pas deket pintu dan jarinya di bawah pintu. Pintu kegeser, kena jarinya deh. Aduh, Anya langsung jerit nangis, kesakitan, huhuhuuu.

Door stopper berbentuk animal shape aku beli di tokopedia. Harganya murah, per biji 5000 kalo ga salah. Kalau door stopper yang ditaruh di bawah pintu beli di Depo Bangunan. Harganya juga relatif murah, per set isi dua biji ga sampai 15ribu. Terbuat dari karet sehingga lentur dan keset.

image

image

Setiap keluarga punya kebijakan berbeda soal baby proofing, karena masing-masing rumah berbeda struktur, berbeda kebiasaan, bayinya juga beda karakter. Kalau baby proofing di rumah kalian seperti apa?

0

Katanya Cinta

Suatu hari Anya mendatangiku dan bertanya, “Ibu benar-benar sayang sama aku ya?”

“Iya dong, pasti. Kenapa gitu tanya?”

“Kalau sama ayah juga sayang?”

“Sayang juga dong, cinta banget. ”

“Kalau sayang sama ayah, Ibu mau nambah ayah lagi ga, yang baru?”

“Ya enggak lah, Cinta. Ayah tetap jadi satu-satunya lelaki yang ada di dalam hati Ibu.”

“Ooo kalau cinta banget tu gitu ya, Bu. The one and only, ga tergantikan.”

“Iya, kalau sayang dan cinta tu begitu. Kenapa Anya kok tumben nanya-nanya beginian?”

“Mmmm anu Bu, karena katanya Ibu sayang banget sama aku, berarti aku harusnya jadi satu-satunya anak Ibu dong ya. Kalau nambah lagi berarti Ibu ga bener-bener sayang sama aku, karena udah pengen yang lain. Iya kan?”

Aku bengong, “Ya gak gitu dong Sayang, itu beda. Kalau sama anak, beda. Walau ada lagi tetep masing-masing paling disayang.”

“Tapi Ibu bilang kalau cinta tuh artinya jadi the one and only. Kalau pengen nambah lagi artinya apa dong? Ibu egois ah!”

*kisah fiksi, iseng, sekelebatan pikiran di kepala dan dituangkan dalam cerita*